Pendidikan

Bakat Multi Peran

429
×

Bakat Multi Peran

Sebarkan artikel ini
gambar: canva

oleh: Adriano Rusfi (Konsultan HRD dan Pendidikan, penggiat parenting)

Jujur, masih terbayang seorang pria yang terobsesi pada diri sendiri, dengan kacamata kuda yang hanya memandang “aku”: mimpiku, cita-citaku, bakatku, aktualisasi diriku. “Aku” yang dimaksudnya hanyalah aku sebagai individu, seorang pribadi. Maka tak heran jika dia berulang kali berkata, “Aku harus memahami diriku, bakatku, potensiku, dan passionku.” Untuk menjawab semua itu, dia pun mencari seorang profesional psikologi untuk melakukan sejumlah asesmen, mempertanyakan “Who am I?” atau “Siapakah aku?”

Psikologi, pada dasarnya, memang berkutat pada individu. Bahkan Psikologi Sosial pun, pada akhirnya, membahas individu: individu yang memengaruhi kelompok dan kelompok yang memengaruhi individu. Jadi, tidak salah jika psikologi dianggap sangat individualistis, berfokus pada kepribadian: manusia sebagai sosok unik, sebagai individu yang berdiri sendiri, seolah tak berakar ke bawah dan tak berpucuk ke atas. Di dalam psikologi, “aktualisasi diri” pun seolah menjadi mantra sakti yang diagungkan.

Dari sinilah individualitas seringkali bergeser menjadi individualisme. Atas nama individual differences atau “perbedaan individu,” manusia tiba-tiba menjadi makhluk soliter. Seorang ayah dianggap tak berhak menitipkan mimpi kepada anaknya, karena setiap anak memiliki mimpinya sendiri, sesuai potensi dan bakat masing-masing. Sang ayah pun dianggap tidak boleh membimbing anaknya menjadi anak ideologis, sebab struktur kepribadian anak mungkin saja berbeda dari ideologi ayahnya. Aneh, bukan?

Aku memang seorang psikolog, namun aku juga seorang mukmin. Allah telah menetapkan bahwa setiap manusia itu berbeda dan berbuat sesuai kapasitasnya. Namun, di atas segalanya, setiap manusia adalah hamba yang tunduk pada kehendak Sang Khalik. Aku adalah seorang muslim yang memilih untuk berserah diri. Allah sering kali menciptakan kecenderungan dan potensi dalam diri manusia, tetapi Dia juga meminta hamba-Nya untuk membatasi aktualisasi dirinya. Itulah hakikat dari taat.

BACA JUGA  Yayasan Permata Hati Purwokerto Gelar Silaturahmi Idulfitri

Maka, aku menyadari bahwa manusia adalah makhluk dengan banyak peran. Ia adalah seorang individu, namun sekaligus seorang anak, ayah, suami, makhluk sosial, dan banyak lagi. Untuk mengemban amanah dari berbagai peran ini, Allah Yang Maha Adil pun membekali manusia dengan potensi, kapasitas, dan bakat sesuai setiap perannya. Allah tidak mungkin memberikan tanggung jawab kepada hamba tanpa memberi bakat untuk menjalankannya.

Percayalah: ketika seorang hamba ditakdirkan menjadi anak, maka ia dibekali bakat menjadi anak. Ketika jalan hidup mengarahkannya menjadi seorang istri, ia dianugerahi talenta sebagai istri. Ketika ia melahirkan, ia pun otomatis dikaruniai kapasitas yang cukup untuk menjadi ibu. Begitu pula jika seorang ibu menjadi bunda bagi anak-anak Palestina, Allah pasti membekalinya dengan bakat untuk mendidik para pejuang.

Maka, berhentilah memikirkan ego dan aktualisasi diri sendiri saja. Di dalam dirimu ada banyak bakat yang juga butuh aktualisasi. Sesungguhnya, aktualisasi potensi adalah bentuk rasa syukur atas nikmat. Sebaliknya, mengabaikan kapasitas yang telah diberikan adalah bentuk kekufuran yang akan berujung pada azab. Percayalah, setiap ciptaan dan peran yang dititipkan oleh Sang Pencipta akan dilengkapi dengan potensi, kapasitas, dan petunjuknya.

“Sucikanlah nama Rabb-mu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan, menyempurnakan, dan yang menentukan kadar-kadar lalu memberinya petunjuk.” (QS Al-A’la: 1-3)

Kupanjatkan doa kepada Rabb-ku, dan kuharapkan doa dari siapa pun yang membaca risalah ini. Semoga aku diberi kemampuan, tekad, dan waktu untuk mengembangkan perangkat ukur multi talenta yang akan membantu aktualisasi kemanusiaan secara utuh. Agar kelak aku tidak terjebak dalam dosa kifayah karena memandang manusia hanya sebagai pusat ego. Karena aku pernah berjanji bahwa psikologi adalah ilmu untuk kebahagiaan manusia dan kemanusiaan yang seutuhnya.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *