Pendidikan

Dewan Profesor UNS Kunjungi UST Yogyakarta, Dalami Nilai-Nilai Ketamansiswaan

38
×

Dewan Profesor UNS Kunjungi UST Yogyakarta, Dalami Nilai-Nilai Ketamansiswaan

Sebarkan artikel ini

BANYUMASMEDIA.COM – Dewan Profesor (DP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dipimpin oleh Ketua DP Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc., Ph.D., bersama Komisi II DP UNS, melakukan kunjungan kerja ke Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta pada Kamis, (12/9/2024). Kunjungan ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai Ketamansiswaan dan memanfaatkan kepakaran para guru besar di bidang tersebut.

Dalam sambutannya, Prof. Suranto Tjiptowibisono, didampingi oleh Sekretaris DP UNS, Prof. Dr. Ir. Maria Theresia Sri Budiastuti, M.Si., serta Ketua Komisi II DP UNS, Prof. Dr. Suciati, M.Pd., menyampaikan bahwa UNS berkomitmen menjadi perguruan tinggi yang mengembangkan budaya nasional. Salah satu bentuk kerjasama yang ditawarkan adalah penerimaan mahasiswa baru yang tidak diterima di UNS untuk diarahkan ke perguruan tinggi swasta, seperti UST.

“Kami ingin lebih mendalami filosofi Ki Hadjar Dewantara, yang menjadi simbol pendidikan di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa,” ujar Prof. Suranto.

Menanggapi sambutan tersebut, Rektor UST, Prof. Drs. H. Pardimin, M.Pd., Ph.D., menyampaikan apresiasi atas kunjungan Dewan Profesor UNS.

“Kami sangat menyambut baik inisiatif UNS untuk membuka peluang kerjasama, terutama dalam hal penerimaan mahasiswa baru,” ungkapnya.

Ia juga menekankan bahwa kerjasama ini akan membantu perguruan tinggi swasta, seperti UST, dalam mengembangkan kualitas pendidikan.

Materi utama kunjungan tersebut dimulai dengan pemaparan tentang nilai-nilai dan ajaran Ketamansiswaan oleh Prof. Dr. Supriyoko, M.Pd. Ia menjelaskan bahwa Tamansiswa, didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada 3 Juli 1922, merupakan bagian dari perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat melalui pendidikan. Ciri khas Tamansiswa mencakup nilai budi pekerti, kekeluargaan, dan semboyan “Tut Wuri Handayani.”

Dalam kesempatan yang sama, Ki Priyo Dwiarso memaparkan perjalanan hidup Ki Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai pejuang kemerdekaan, politikus, dan jurnalis. Ia menjelaskan bagaimana Ki Hadjar terinspirasi oleh gerakan Reformasi Pendidikan di Eropa yang menekankan pendekatan “bottom-up,” di mana peserta didik diperlakukan sebagai subyek pendidikan, bukan sekadar obyek. Konsep pendidikan Tamansiswa menekankan peran pamong sebagai fasilitator yang mengarahkan peserta didik menuju kemerdekaan lahir dan batin.

BACA JUGA  Hadroh SMPIT Harapan Bunda Purwokerto Raih Prestasi di Lomba MAPSI Banyumas

Pada sesi terakhir, Dr. Yuli Prihatni, M.Pd., memaparkan tentang Nilai-nilai Ketamansiswaan. Ia menjelaskan bahwa Ketamansiswaan adalah inti dari ajaran hidup Ki Hadjar Dewantara dan nilai-nilai yang dijunjung oleh Tamansiswa. Segala hal yang terkait dengan Tamansiswa, mulai dari pendidikan hingga filosofi kehidupan, tercakup dalam konsep Ketamansiswaan. Sistem pendidikan Tamansiswa dijalankan dengan sistem among, yang berlandaskan jiwa kekeluargaan serta mengutamakan kodrat alam dan kemerdekaan. Sistem ini, menurut Dr. Yuli, juga dikenal sebagai sistem Tut Wuri Handayani.

Dr. Yuli menambahkan bahwa tujuan Tamansiswa adalah menciptakan masyarakat yang tertib, damai, salam, dan bahagia. Tertib, menurutnya, mencakup empat aspek, yaitu: (1) tertib dalam menjalani kehidupan dengan keteraturan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak; (2) tertib dalam hubungan dengan Tuhan melalui ibadah dan ketaqwaan; (3) tertib dalam hubungan antar sesama dengan menjaga sopan santun, toleransi, dan saling menghargai; serta (4) tertib dalam menjaga alam sekitar.

Selain tertib, ia juga menjelaskan makna damai, yang berarti hidup dalam ketenangan tanpa konflik, di mana saling menghargai, cinta kasih, dan gotong royong menjadi kunci. Hidup salam dan bahagia, lanjutnya, adalah kehidupan yang selamat dan tercukupi kebutuhan lahir maupun batin, yang merupakan cita-cita manusia.

“Kehidupan yang tertib, damai, salam, dan bahagia adalah fondasi menuju masyarakat yang harmonis,” tutup Dr. Yuli. [asr/bram]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *