BANYUMASMEDIA.COM – Kelangkaan solar bersubsidi kembali menghantui nelayan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Sejak 23 Agustus 2025, mereka kesulitan mendapatkan bahan bakar di sejumlah wilayah, mulai dari Tawang, Rowosari, Cepiring, hingga pesisir timur seperti Bandengan, Karangsari, dan Kalibuntu. Akibatnya, sebagian besar nelayan terpaksa berhenti melaut selama berhari-hari.
Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Setya Arinugroho, menilai kondisi ini sebagai masalah serius yang mengancam perekonomian masyarakat pesisir sekaligus pasokan ikan di daerah.
“Kelangkaan solar ini jelas masalah serius yang harus segera ditangani, karena melumpuhkan perekonomian masyarakat,” tegas Setya, Rabu (27/8/2025).
Tahun ini, kuota solar bersubsidi untuk nelayan Kendal hanya 8.699 kiloliter (KL), turun dari 11.000 KL pada 2024. Hingga 25 Agustus, realisasi penyerapan sudah mencapai 8.368 KL. Artinya, sisa kuota tinggal sekitar 300 KL, hanya cukup untuk kebutuhan 2–3 hari ke depan.
Menanggapi situasi darurat ini, Setya mendorong Komisi B DPRD Jateng untuk segera berkoordinasi dengan pimpinan DPRD, pemerintah daerah, dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) guna menambah kuota sekaligus memperlancar distribusi.
“Kelangkaan solar subsidi bukan hanya memukul sektor perikanan, tetapi juga mengancam ketahanan pangan dan ekonomi lokal. Pemerintah Provinsi dan BPH Migas harus segera menambah kuota,” jelasnya.
Sebelumnya, permohonan penambahan kuota solar sudah diajukan sejak April 2025 dengan target kembali ke 11.000 KL. Dinas Kelautan dan Perikanan Kendal juga memperkuat usulan tersebut dengan nota dinas kepada Bupati Kendal. Dalam nota itu, disebutkan kebutuhan tahunan nelayan mencapai 15.758 KL, jauh lebih tinggi dari alokasi yang tersedia saat ini.
