BANYUMASMEDIA.COM – Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Setya Arinugroho, mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk segera mengambil langkah konkret dalam menyikapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang dialami eks-karyawan PT Sritex. Hal ini disampaikan Setya pada Rabu (12/3/2025) menanggapi data Disnakertrans Jawa Tengah yang mencatat sebanyak 10.965 pekerja terdampak PHK.
Setya menyatakan keprihatinannya atas informasi bahwa pembayaran pesangon, penghargaan masa kerja, dan THR untuk eks-karyawan masih menunggu proses penjualan aset oleh tim kurator. Meski hal ini lazim terjadi dalam kasus pailit, ia berharap prosesnya dapat diselesaikan dengan cepat dan adil.
“Kami terus mendorong Pemprov Jateng untuk mencari dan merealisasikan solusi terbaik bagi eks-karyawan Sritex. Jika tidak segera ditangani, dampak dari PHK ini dapat menurunkan daya beli masyarakat. Apalagi jika hak-hak karyawan tidak segera dituntaskan dan mereka tidak lekas mendapatkan pekerjaan baru,” ujarnya.
Dalam laporan konferensi pers di Kantor Presiden pada Senin (3/3/2025), anggota tim kurator Nurma Sadikin menyebut telah ada investor dari industri tekstil yang menyatakan minat menyewa aset Sritex. Proses penyewaan ini diharapkan menyerap kembali tenaga kerja yang sebelumnya terkena PHK.
Selain mendesak penyelesaian hak-hak pekerja, Setya juga menyoroti lemahnya kinerja industri tekstil nasional yang dapat berdampak pada potensi PHK lanjutan. Ia mendorong pemerintah untuk memperkuat daya saing industri tekstil dan produk tekstil (TPT) agar mampu bertahan di tengah gempuran produk impor dan tren pakaian bekas (thrifting).
“Pemerintah perlu menyediakan lapangan kerja baru sesuai kapasitas dan keterampilan pekerja, atau memberi pelatihan keterampilan baru yang sesuai dengan sektor potensial. Ini penting untuk menjaga kesejahteraan masyarakat dan stabilitas ekonomi daerah,” tambahnya.

Industri tekstil merupakan penyumbang tenaga kerja terbesar kedua di Indonesia setelah sektor makanan dan minuman. BPS mencatat, sektor ini menyumbang 18,80 persen lapangan kerja nasional. Di Jawa Tengah sendiri, sektor tekstil berperan penting bagi perekonomian, menempati posisi keempat terbesar dalam kontribusi terhadap industri manufaktur daerah.
Setya menilai, kolapsnya Sritex harus menjadi peringatan serius bagi pemerintah akan perlunya mitigasi dini terhadap ancaman deindustrialisasi. Ia menegaskan pentingnya penguatan industri strategis daerah sebagai upaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Jateng. [asr]