LiputanRagam

Menemukan ‘Diri’ Bareng Tulus di Tengah Bising Kota dan Ramainya Pikiran

×

Menemukan ‘Diri’ Bareng Tulus di Tengah Bising Kota dan Ramainya Pikiran

Sebarkan artikel ini

BANYUMASMEDIA.COM – Di tengah kesibukan yang terus memaksa kita untuk bergerak, sering kali kita lupa bahwa diri kita sendiri adalah rumah yang harus kita rawat. Kita terbiasa untuk menuntut, memacu, bahkan memaksa diri agar terus kuat, terus produktif, dan terus mampu memenuhi harapan banyak orang. Namun, di antara semua itu, barangkali yang paling sering kita abaikan adalah bagaimana berdamai dengan diri kita sendiri.

Lagu Diri karya Tulus hadir dengan nuansa yang lembut namun menyentuh. Bukan sekadar rangkaian lirik, lagu ini seolah menjadi sapaan hangat bagi setiap orang yang selama ini terlalu keras kepada dirinya sendiri. Dalam liriknya, Tulus mengajak kita untuk berhenti sejenak, menengok ke dalam diri, dan memaafkan kesalahan yang mungkin sudah lama kita pendam.

“Hari ini, kau berdamai dengan dirimu sendiri. Kaumaafkan semua salahmu, ampuni dirimu.”

Dalam lirik pembuka tersebut, Tulus tidak meminta kita untuk menjadi sempurna, melainkan mengajak kita untuk lebih berbelas kasih kepada diri sendiri. Memahami bahwa kita, sebagaimana manusia pada umumnya, berhak atas kesempatan untuk memperbaiki diri, untuk melanjutkan perjalanan tanpa beban masa lalu yang terus membayangi.

Sering kali, kita lebih pandai memaafkan orang lain, tetapi begitu sulit memaafkan diri sendiri. Kita merasa harus selalu kuat, harus selalu bahagia, seolah-olah kesedihan dan kelemahan adalah hal yang memalukan. Padahal, luka dan kesalahan adalah bagian dari proses menjadi manusia yang utuh.

“Hari ini, ajak lagi dirimu bicara mesra. Berjujurlah pada dirimu, kau bisa percaya.”

Ada kehangatan yang sangat personal ketika Tulus menyarankan kita untuk kembali berbicara dengan diri sendiri. Sebuah ajakan yang sederhana, namun sering kita abaikan. Kita jarang memberi waktu bagi diri kita untuk sekadar menyapa, untuk mengucapkan terima kasih atas setiap usaha kecil yang telah kita lakukan.

BACA JUGA  Mengenal (KDB) Ngapak, Komunitas Anak Untuk Menumbuhkan Jiwa Simpati dan Empati

“Bisikkanlah, terima kasih pada diri sendiri. Hebat dia, terus menjagamu dan sayangimu.”

Kesehatan mental tidak selalu bicara tentang hal-hal besar seperti terapi intensif atau penanganan klinis. Kadang, ia bermula dari hal sederhana, yaitu berani menerima dan memaafkan diri sendiri. Lagu ini mengingatkan bahwa kita tidak perlu memaksakan diri melampaui batas. Ketika lelah, menepilah. Ketika sedih, tidak perlu buru-buru menolak perasaan itu.

“Suarakan, bilang padanya jangan paksakan apa pun. Suarakan, ingatkan terus aku makna cukup.”

Sering kali, kita mengukur diri berdasarkan pencapaian yang terlihat oleh orang lain. Kita lupa bahwa menjadi cukup adalah pencapaian yang jauh lebih penting. Tidak ada gunanya memaksakan langkah yang melelahkan bila ternyata hati kita sendiri belum siap untuk berjalan sejauh itu.

“Luka, luka, hilanglah luka. Biar tent’ram yang berkuasa. Kau terlalu berharga untuk luka. Katakan pada dirimu, semua baik-baik saja.”

Bagian ini menjadi inti dari pesan yang ingin disampaikan oleh Tulus. Ia tidak menawarkan solusi ajaib, tetapi menawarkan ruang untuk berdamai. Meminta kita untuk menyadari bahwa diri kita terlalu berharga untuk terus menerus memikul luka. Lagu ini mengajak kita untuk membisikkan kepada diri sendiri, dengan penuh kesadaran dan keikhlasan: “Semua baik-baik saja.”

Tulus seolah ingin mengatakan bahwa kehidupan tidak selalu harus diselesaikan dengan terburu-buru. Bahwa kebahagiaan tidak selalu harus diperjuangkan dengan cara yang menyakitkan. Bahwa beristirahat, memaafkan diri sendiri, dan mengakui bahwa kita lelah adalah bagian penting dalam menjaga kesehatan mental.

“Bila lelah, menepilah. Hayati alur napasmu.”

Di tengah derasnya arus tuntutan hidup, lagu ini menjadi ruang perenungan yang sangat dibutuhkan. Sebuah pengingat yang sederhana, namun kerap terlupakan: untuk lebih menghargai diri sendiri, untuk lebih jujur pada diri sendiri, dan untuk tetap memberi ruang bagi diri kita agar merasa cukup.

BACA JUGA  Setya Arinugroho: Pemekaran Provinsi Jasela Perlu Kajian Ilmiah dan Kesiapan Fiskal

Tulus menutup lagunya dengan kalimat yang berulang: “Semua baik-baik saja.” Kalimat ini bukan sekadar ungkapan penghiburan, tetapi sebuah afirmasi yang perlahan dapat menjadi mantra penyembuhan bagi siapa pun yang sedang berjuang berdamai dengan luka-lukanya.

Kadang, yang paling kita butuhkan bukan saran yang rumit, bukan motivasi yang menggebu-gebu, melainkan ketenangan yang datang dari dalam diri sendiri. Lagu Diri adalah undangan bagi kita untuk mulai menenangkan diri, memeluk diri sendiri, dan dengan lembut berkata: semua baik-baik saja.[asr]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *