Liputan

Menapak Waktu di Curug Tebela

×

Menapak Waktu di Curug Tebela

Sebarkan artikel ini

BANYUMASMEDIA.COM – Kalau kamu sedang naik ke arah Baturraden, cobalah belok sebentar ke Desa Karangsalam. Ada sebuah air terjun yang mungkin tak setenar Curug Gomblang atau Curug Bayan, tapi diam-diam menyimpan kisah panjang: Curug Tebela.

Tiket masuknya hanya Rp7.000, tapi yang kamu dapat bukan sekadar air jatuh dan kabut dingin. Di sini, kamu bisa melihat bagaimana batu, waktu, dan sejarah bertemu dalam satu bingkai.

Air Terjun dan Batu Kolom

Jalur menuju Curug Tebela cukup bersahabat. Dari area parkir, kamu akan menyusuri jalan bambu diapit sawah yang menghijau, dan menuruni jalan kecil bebatuan. Begitu tiba, suara air langsung menyambut, jatuh di antara tebing batu yang unik.

Kalau kamu perhatikan, batu-batu di dinding curug tersusun rapi seperti potongan kolom. Itu bukan buatan manusia. Formasi itu terbentuk dari lava Gunung Slamet yang mendingin perlahan ribuan tahun lalu. Alam seolah sedang berarsitektur.

Yang menarik, ternyata Curug Tebela sudah lama dikenal, jauh sebelum istilah geowisata muncul.
Ada foto lawas, diperkirakan diambil antara tahun 1900–1905, memperlihatkan sekelompok orang Belanda berpose di depan air terjun ini. Mereka tampak santai, memakai pakaian safari, mungkin baru saja menikmati piknik di pegunungan.

Dari sana kita tahu, bahkan di masa kolonial pun Tebela sudah memikat mata. Baturaden memang jadi wilayah favorit orang Belanda dulu, udara sejuk, pemandangan hijau, dan air yang melimpah.

Melihat batu-batu tegak di Curug Tebela, saya jadi teringat satu hal: bahwa alam selalu punya cara untuk mengajarkan keteguhan. Batu yang dulu berasal dari magma panas kini berdiri kokoh menahan waktu. Air yang terus jatuh tak pernah berhenti meski bentuknya berubah.

BACA JUGA  Gebyar Kemenag Banyumas: Dekatkan Diri dengan Masyarakat dan Dukung UMKM

Mungkin di situlah letak pelajaran dari Curug Tebela, tentang ketenangan yang lahir dari perjalanan panjang, dan kekuatan yang datang setelah melalui panas dan tekanan.

Menjelang siang mendung menyapa. Suara air makin lembut, seperti doa yang diulang pelan. Dari bebatuan tua dan udara lembap, ada rasa damai yang sulit dijelaskan.

Curug Tebela bukan sekadar destinasi alam, tapi tempat di mana waktu terasa melambat, dan kita bisa memandang sejarah bukan dari buku, melainkan dari batu dan air yang terus mengalir.

📍 Curug Tebela, Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas
🎟️ Tiket masuk: Rp7.000
🕒 Akses: ±30 menit dari pusat kota Purwokerto
💡 Jangan lupa: bawa alas kaki antiselip dan kamera, siapa tahu kamu menemukan sudut yang dulu pernah dipotret seratus tahun lalu. [asr]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *