BANYUMASMEDIA.COM – Analisis suhu panas dan potensi cuaca di sebagian wilayah Indonesia sepekan ke depan menunjukkan kenaikan suhu cukup signifikan, sebanyak 63,66% Zona Musim akan memasuki periode Musim Kemarau pada bulan Mei hingga Agustus 2024. Hal tersebut disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui laman BMKG.go.id (03/05/2024).
Sebagian wilayah Indonesia mulai mengalami awal kemarau dan sebagian wilayah lainnya masih mengalami periode peralihan musim atau pancaroba dengan potensi fenomena suhu panas dan kondisi cerah di siang hari masih mendominasi cuaca secara umum di awal Mei 2024.
Prof. Dr. Erma Yulihastin peneliti klimatologi BRIN melalui siaran televisi nasional (10/05/2024) menyampaikan bahwa kenaikan suhu panas di Indonesia bukan karena gelombang panas (heat wave) sebagaimana terjadi di beberapa wilayah negara Thailand dan Vietnam, melainkan karena perubahan iklim yang terjadi di wilayah Indonesia.
“Data keseluruhan sejak awal tahun 2000an kenaikan suhu udara disebabkan adanya perubahan iklim (climate chance), suhu udara makin panas dari tahun ke tahun, bukan disebabkan oleh fenomena heat wave atau gelombang panas yang dialami oleh sebagian wilayah Asia. Kita merasakan suhu mengalami kenaikan, terutama suhu tengah hari sekitar pukul 12 sampai dengan pukul 15 saat terjadi puncak radiasi matahari. Meskipun suhu udara di posisi 32⁰C, kita merasakan nilai actual (feels light) seperti suhu 43⁰C. Ada deviasi 5 sampai 6 derajat Celsius,” papar Erma.
Diperkirakan adanya efek perubahan iklim terjadi setiap tahun, mengalami kenaikan suhu pada bulan Maret hingga Mei, berlanjut meningkat lebih tinggi pada bulan September Oktober Nopember (SON). Memasuki kemarau terjadi minim awan, beriringan matahari bergerak ke posisi Jawa. Perubahan iklim penyebab naiknya suhu maksimum ini akan terjadi hingga tahun 2050.
Berbicara mengenai kenaikan suhu udara di wilayah Indonesia ini Erma mengingatkan agar kita mengambil langkah antisipasi terhadap efek yang akan ditimbulkan bagi kesehatan dan ketersediaan pangan bagi masyarakat.
“Kita bersyukur wilayah Indonesia dengan wilayah negara Asia terpisahkan oleh laut sehingga heat wave tidak terkena sampai Indonesia. Namun demikian, kita harus tetap melakukan antisipasi dampak kenaikan suhu yang kita rasakan akibat perubahan iklim yang cukup signifikan. Antisipasi dampak ke kesehatan (kulit), pertanian pangan, karena suhu maksimum terus meningkat 2 derajat tiap kenaikannya. Cukupi kebutuhan air bagi tubuh untuk menghindari dehidrasi dan memberikan perlindungan yang memadai bagi kesehatan kulit kita saat keluar rumah. Termasuk antisipasi terhadap ketersediaan pangan saat kemarau dengan adanya kenaikan suhu maksimum tersebut,” pungkasnya. (Tanti)