BANYUMASMEDIA.COM – Sebagai laki-laki yang jarang masak, apalagi setelah berumah tangga, membiasakan diri memasak lagi rasanya seperti belajar keahlian baru yang lama tak dipelajari. Alat masak menjadi asing, bumbu masakan juga asing, apalagi rasanya, asing kan… wkwk
Selama menjadi bapak, saya terbiasa mengerjakan banyak pekerjaan domestik rumah tangga, mulai dari nyapu, ngepel, cuci baju, piring, belanja, dan lainnya, kecuali dua : memasak dan menyetrika. Memang dua pekerjan terakhir saya rasa bukan keahlian saya, apalagi menyetrika yang konon katanya sudah ditemukan sejak abad ke-2. Setrika bahkan lebih dulu ditemukan manusia daripada listrik, sehingga dulu ada setrika dengan bahan bakar arang, yang panasnya dihasilkan dari bara.
Kemudian soal memasak. Pekerjaan ini hampir selalu dikerjakan oleh istri sejak awal menikah dulu, sehingga skill saya tentang ini tak berkembang sama sekali, bahkan cenderung menurun seiring waktu. Baru kemudian setelah istri bekerja, pekerjaan ini dibantu oleh ART di siang hari, sehingga malam dan paginya, tetap ibu yang memasak untuk keluarga.
Seiring waktu pula, istri bertambah aktifitas dengan mengikuti berbagai acara di luar kota, bahkan sampai luar negeri pula. Mau tidak mau, saya mesti belajar lagi soal memasak ini. Sarapan pagi anak-anak mesti disiapkan, utamanya ketika ibunya anak-anak tidak di rumah kadang lebih dari sepekan. Kebiasaan kami untuk sarapan masakan sendiri masih terjaga sampai kini. Bukan soal hemat, tapi lebih ke arah makanan yang lebih sehat dan higienis untuk anak-anak di rumah setiap paginya.
Dalam sepekan itu, saya mesti berpikir menu apa yang bisa saya masak, tanpa mengesampingkan kegemaran anak-anak, dan kemungkinan mereka bosan dengan menu yang sama setiap harinya. Utamanya sih keterbatasan skill bapaknya yang masih amatiran soal memasak ini.. wkwk
Untungnya masih ada bumbu instan dan makanan olahan yang praktis dimakan. Kalo sudah mentok, masih ada warung yang sedia jualan. Xixixi..
Dari situ saya simpulkan bahwa saya memang harus meningkatkan value. Laki-laki yang pandai cari bekerja saja ternyata belum cukup. Dia tetap harus punya skill cadangan yang harus siap jika digunakan tiba-tiba. Minimal dua tahun terakhir ini, skill saya lebih meningkat dibandingkan sebelumnya. Selain mie instan, nugget, dan sosis tentunya, saya sudah bisa bikin chiken ayam fillet, ayam marinasi, dadar mie (darmi), ngulek sambel, dan beberapa menu berbahan tempe dan telur saja .. wkwk
Selalu ada hikmah di balik sebuah peristiwa. Di balik aktifitas ibunya anak-anak yang semakin banyak, ternyata saya punya kesempatan untuk meningkatkan value dengan memasak. Setidaknya ketika anak-anak dewasa, selain banyak menu yang dimasak ibunya, mereka akan ingat telur ceplok asin khas buatan bapaknya .. hahaha
Bagi bapak-bapak yang membaca ini, engkau belum menjadi laki-laki sejati sebelum bisa menjawab pertanyaan ini.
- Apa bedanya laos sama lengkuas?
- Mengapa bawang merah ketika dibuka berwarna ungu? Jadi itu bawang merah apa ungu?
- Makanan apa yang obesitas?
- Sayur apa yang susah dilupakan?
Sementara itu saja. Silakan dijawab ya bagi yang sempat ya. Mohon dimaafkan jika ada salah kata, apalagi salah rasa 🙂
Ditulis oleh Muhamad Nasir











