Babad BanyumasBanyumasanBudayaPendidikan

Lokakarya Bersama Nassirun: Kemas Babad Banyumas Menjadi Dongeng Anak

43
×

Lokakarya Bersama Nassirun: Kemas Babad Banyumas Menjadi Dongeng Anak

Sebarkan artikel ini

BANYUMASMEDIA.COM – Budayawan Nassirun Purwokartun menjadi pemateri dalam acara “Lokakarya Menulis Dongeng dan Read Aloud Berdasarkan Naskah Kuno Babad Banyumas.” Acara yang berlangsung di SD Adzkia Banjarnegara ini melibatkan 20 guru dan pendongeng yang diajak menulis dongeng anak berdasarkan kisah-kisah dari Babad Banyumas.

“Melalui dongeng, kita bisa mengenalkan sejarah lokal Banyumas kepada generasi muda dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. Harapannya, warisan budaya ini tidak hanya dikenang, tapi juga diteruskan,” kata Nassirun Purwokartun.

Dalam lokakarya tersebut, Kang Nas panggilan akrabnya menyampaikan sejumlah cerita dari naskah kuno Serat Babad Banyumas yang ditulis pada 1816 atas perintah Bupati Banyumas, Adipati Mertadireja I. Beberapa kisah yang dibagikan antara lain tentang Wirasaba sebagai cikal bakal Banyumas, pusaka Gajahendra, serta pendirian Banyumas oleh Raden Joko Kaiman. Naskah ini telah menjadi warisan keluarga Mertadireja dan dikenal sebagai Babad Banyumas Mertadirejan.

“Melalui kegiatan ini, tentu berharap naskah Babad Banyumas dapat lebih dikenal oleh masyarakat Banyumas melalui dongeng anak,” ungkap Kang Nas.

Setelah menerima materi, para peserta menulis ulang cerita tersebut menjadi buku dongeng untuk pembaca berusia 8 hingga 10 tahun. Setiap buku ditargetkan setebal 24 halaman dengan format paragraf yang mudah dipahami oleh anak-anak. Selain menulis, peserta juga mempraktekkan teknik read aloud yang direkam sebagai bagian dari penyebaran dongeng ke masyarakat.

Acara yang didukung oleh Bantuan Pemerintah melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini bertujuan mengenalkan Babad Banyumas kepada masyarakat melalui dongeng anak.

“Ini pengalaman pertama saya menulis naskah dongeng. Tidak mudah menulis dengan bahasa anak, namun kisahnya sangat menarik,” ujar Maya Siti, salah satu peserta.

BACA JUGA  Dosen dan Mahasiswa IT Telkom Terapkan IoT Mitigasi Gagal Panen Ikan di Desa Kasegeran

Begitupun dengan Putri Dewi Gustiyani, peserta lainnya, juga menyampaikan kesannya selepas mengikuti kegiatan.

“Saya merasa beruntung bisa belajar dan mendapat materi dongeng yang belum banyak diketahui orang.” [asr]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *