Liputan

Kang Nassirun Purwokartun dan Upaya Menghidupkan Babad Banyumas Lewat “Sastra Rupa”

×

Kang Nassirun Purwokartun dan Upaya Menghidupkan Babad Banyumas Lewat “Sastra Rupa”

Sebarkan artikel ini

BANYUMASMEDIA.COM – Pemerintah Kabupaten Banyumas mengambil langkah kreatif dalam melestarikan sejarah dan budaya lokal dengan mendukung penuh pameran lukisan bertajuk “Sastra Rupa” yang mengusung tema Babad Banyumas. Pameran yang dibuka oleh Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono, Rabu (22/10/2025) di Aula Hetero Space itu menjadi oase segar di tengah menurunnya minat baca sastra klasik, khususnya di kalangan generasi muda.

Dalam sambutannya, Bupati Sadewo memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif yang berhasil mengubah teks sejarah menjadi pengalaman visual yang inspiratif.

“Ini bentuk nyata bagaimana seni bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan generasi kini,” ujarnya.

Gagasan pameran Sastra Rupa lahir dari kegelisahan Nassirun Purwokartun, budayawan Banyumas yang dikenal aktif menghidupkan kembali khazanah lokal. Dalam wawancara bersama Banyumasmedia.com, Kang Nas, sapaan akrabnya, mengaku ide tersebut berawal dari keprihatinan terhadap nasib Babad Banyumas yang kian dilupakan.

“Saya merasa Babad Banyumas sudah banyak dilupakan orang. Bahkan generasi muda banyak yang tidak mengetahuinya,” ujarnya.

Upaya mengenalkan Babad Banyumas pun dilakukan melalui berbagai cara: membentuk komunitas dongeng, komunitas read aloud, hingga akhirnya menggandeng Ikatan Pelukis Banyumas untuk menerjemahkan kisah klasik itu menjadi karya visual.

“Saya sudah menyusun 101 judul buku Serial Babad Banyumas, tapi daya baca masyarakat masih rendah. Maka saya mencari jalan lain, bukan dengan teks, melainkan lewat rupa.” lanjutnya.

Dalam proses kreatifnya, Kang Nas mengajak 30 perupa lokal Banyumas untuk menafsirkan setiap adegan penting dari naskah Babad Banyumas, mulai dari terusirnya Raden Baribin dari Majapahit hingga berdirinya Kabupaten Banyumas.

“Saya dampingi para pelukis dari awal. Dari mencari sudut pandang hingga menentukan penokohan, agar mereka memahami konteks adegan yang dilukiskan,” tuturnya.

BACA JUGA  Perpusnas: Bahasa Indonesia Kian Mendunia Lewat Diplomasi Bahasa

Hasilnya, selama lima hari pameran berlangsung, ruang pamer tak pernah sepi pengunjung. Dari pagi hingga malam, masyarakat datang silih berganti menikmati sejarah Banyumas yang hidup di atas kanvas.

Lebih dari sekadar pameran seni, Sastra Rupa menjadi sarana memperkenalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Babad Banyumas. Menurut Kang Nas, tokoh-tokoh dalam naskah tersebut bukan sekadar figur sejarah, tetapi cerminan karakter ideal masyarakat Banyumas.

“Saya ingin generasi muda bangga menjadi orang Banyumas. Dari Raden Baribin kita belajar berpikir positif, dari Raden Katuhu belajar memaksimalkan potensi, dan dari Raden Joko Kaiman belajar tanggung jawab,” ungkapnya.

Meski mendapat dukungan penuh dari Pemkab Banyumas, Kang Nas berharap agar kegiatan seperti Sastra Rupa tidak berhenti pada level seremonial, melainkan berlanjut menjadi gerakan kebudayaan yang berkesinambungan.

“Mestinya bukan hanya acara sekali, tapi ada kelanjutan. Saya bermimpi Babad Banyumas bisa masuk ke sekolah-sekolah, menjadi materi kebudayaan lokal yang membentuk karakter siswa sejak dini,” harapnya.

Baginya, Babad Banyumas bukan sekadar teks lama, melainkan sumber nilai dan kebanggaan. Dan lewat pameran Sastra Rupa, sejarah itu kini tak lagi hanya bisa dibaca, tetapi bisa dilihat, dirasakan, dan dihayati. [asr]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *