BANYUMASMEDIA.COM – Barangkali salah satu aktivitas yang bisa dilakukan di pagi hari adalah baca berita. Semacam ritual kecil: membuka layar ponsel, menyesap kopi, lalu menelan informasi aktual. Rasanya modern sekali, seolah dunia tidak benar-benar dimulai sebelum jari kita menggeser headline terkini.
Namun, belakangan ini, suguhan berita pagi lebih sering bikin kita menghela napas panjang daripada tersenyum. Terutama jika menyangkut pejabat publik atau pemerintah. Isunya hampir itu-itu saja: tunjangan DPR yang fantastis di tengah ekonomi rakyat yang serba pas-pasan, kasus korupsi yang seperti tak ada habisnya, atau kebijakan-kebijakan yang bikin masyarakat terjepit.
Alih-alih bikin segar, berita pagi justru membuat suasana hati jadi nggak mood. Padahal, Agustus mestinya jadi bulan yang penuh perayaan kemerdekaan. Bukankah alasan bangsa ini berjuang dulu adalah agar tidak ditindas, agar rakyat tak dicekik pajak, dan supaya kita bisa menentukan arah hidup menuju masyarakat adil dan sejahtera?
Tapi apa yang kita lihat setelah delapan puluh tahun merdeka? Banyak sikap dan perilaku pejabat justru tidak mencerminkan kemerdekaan. Kadang rasanya kita hanya merdeka di atas kertas, sementara dalam praktik sehari-hari, rakyat masih bergulat dengan ketidakadilan.
Dan, seperti hidup ingin menambah “bonus derita”, pagi ini penderitaan itu jadi dobel bagi para fans Manchester United di Indonesia. Situasi berita politik yang pelik ditambah kondisi klub kesayangan yang makin nggak karuan.
Ya, MU kembali bikin dada sesak. Setelah gagal menang di dua laga pembuka Liga Primer Inggris 2025/2026, mereka malah langsung tersingkir dari ajang Piala Liga Inggris. Lebih ironis lagi, Setan Merah dipermalukan oleh Grimsby Town, tim kasta keempat, lewat drama adu penalti yang melelahkan. Skornya? 12-11. Bukan angka gaji DPR, tapi tetap saja bikin sakit kepala.
Bagi fans MU, ini bukan sekadar kekalahan. Ini semacam ujian hidup. Sebab, mendukung MU di masa sekarang kadang rasanya seperti ikut rapat dengar pendapat DPR: melelahkan, penuh janji kosong, dan entah kapan hasil nyata akan datang.
Jadi lengkaplah penderitaan pagi ini: berita politik bikin jengkel, berita sepak bola bikin kecewa. Entah mana yang lebih bikin geleng-geleng kepala: pejabat yang sibuk memperkaya diri, atau tim besar yang kalah memalukan dari klub kecil.
Yang jelas, pagi ini mengajarkan satu hal sederhana: jangan berharap terlalu banyak pada berita dan pada MU. Dua-duanya sama-sama rawan bikin hati ambrol.[asr]











