EsaiOpini

“Orang-Orang Biasa”: Kisah Lugu, Lucu, dan Menggugah dari Pinggiran

×

“Orang-Orang Biasa”: Kisah Lugu, Lucu, dan Menggugah dari Pinggiran

Sebarkan artikel ini

BANYUMASMEDIA.COM – Andrea Hirata, penulis kenamaan yang dikenal lewat Laskar Pelangi, kembali menghadirkan kisah menyentuh dalam novel terbarunya berjudul Orang-Orang Biasa. Novel ini diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2019, dan memuat kisah setebal 292 halaman yang sarat makna sosial, persahabatan, dan perjuangan kaum kecil.

Latar cerita mengambil tempat di sebuah kota fiktif bernama Belantik, kota pelabuhan kecil yang sederhana. Masyarakatnya dikenal ramah dan jujur, meskipun secara ekonomi dan pendidikan masih tertinggal. Di kota inilah sepuluh sahabat tumbuh bersama dalam keterbatasan: Salud, Junilah, Nihe, Dinah, Handai, Sobri, Honorup, Rusip, dan Debut. Mereka semua dulunya adalah siswa-siswa “paling belakang” di sekolah—secara harfiah duduk di bangku paling belakang karena dianggap tidak pintar.

Meski sering diremehkan dan mengalami perundungan, persahabatan mereka tetap terjaga hingga dewasa. Suatu hari, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa Aini, anak Dinah yang sangat cerdas, diterima di fakultas kedokteran di universitas ternama. Sayangnya, biaya yang dibutuhkan sangat besar, sementara mereka semua hidup dalam keterbatasan.

Dengan semangat persahabatan, sepuluh orang ini memutuskan melakukan hal yang tak pernah mereka bayangkan: merampok. Aksi ini dipimpin oleh Debut, si idealis yang merancang perampokan bukan untuk kekayaan pribadi, melainkan demi masa depan Aini. Meski sempat ragu, akhirnya mereka membagi tim dan menyusun rencana. Hasilnya mencengangkan—salah satu tim justru berhasil merampok toko batu mulia yang ternyata merupakan tempat penyimpanan uang korupsi, dan membawa kabur miliaran rupiah.

Namun, di sinilah letak kekuatan cerita. Andrea Hirata tidak mengajak pembaca untuk membenarkan tindakan kriminal, tetapi justru mengajak merenung: sejauh mana keputusasaan bisa mendorong orang biasa melakukan hal luar biasa? Ia membalut cerita ini dengan gaya bahasa yang ringan, jenaka, dan mudah dipahami. Tak seperti karya-karyanya yang lain, novel ini minim penggunaan majas kompleks, membuatnya cocok dibaca berbagai kalangan.

BACA JUGA  Mengedit, Menertawakan, dan Menerima Nasib: Sedikit Tentang Grup Facebook Editing Dong

Meski dibumbui dengan kelucuan dan peristiwa yang terkesan tak masuk akal, Orang-Orang Biasa tetap memuat pesan yang kuat: bahwa pendidikan adalah harapan, dan bahwa orang-orang biasa pun punya mimpi besar yang layak diperjuangkan. Andrea Hirata menulis dengan empati dan keberpihakan pada masyarakat kecil yang sering terpinggirkan.

Secara keseluruhan, Orang-Orang Biasa adalah novel yang ringan namun bermakna, lucu sekaligus mengharukan, dan menjadi pengingat bahwa di balik kesederhanaan, tersimpan keteguhan hati yang luar biasa.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *