Kesehatan

1 dari 5 Anak Alami Gangguan Ginjal, KPAI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia Beri Peringatan

462
×

1 dari 5 Anak Alami Gangguan Ginjal, KPAI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia Beri Peringatan

Sebarkan artikel ini

BANYUMASMEDIA.COM – Dalam perayaan Hari Anak Nasional, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan masalah serius mengenai kesehatan anak-anak di Indonesia. Berdasarkan data terbaru, 1 dari 5 anak mengalami gangguan ginjal, yang banyak di antaranya membutuhkan perawatan cuci darah.

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, menyatakan bahwa perkembangan industri makanan yang pesat telah membawa dampak negatif terhadap kesehatan anak-anak.

“Ada persoalan di tengah kemajuan industri makanan, dengan mudahnya mendapatkan makanan yang mengandung gula, lemak, dan garam. Persoalannya terlihat dari banyaknya anak-anak yang datang ke fasilitas cuci darah karena mengonsumsi gula, garam, dan lemak tanpa kontrol,” ungkap Jasra.

Ia menyoroti bahwa menariknya kemasan makanan serta kemudahan akses melalui gawai, media sosial, dan pesan antar online turut mempengaruhi konsumsi anak-anak.

“Dengan perkembangan industri makanan, yang didukung perkembangan zat kimia dan olahan makanan, serta harga yang sangat murah dan industri kemasan yang kekinian, ternyata meninggalkan persoalan untuk anak-anak kita yang belum memahami komposisi gizi seimbang,” tambahnya.

Jasra juga menyarankan agar lembaga pengawasan obat dan makanan lebih aktif dalam melakukan uji lab makanan di tengah masyarakat sebagai bentuk pengawasan. Ia berharap program makan gratis yang diinisiasi pemerintah dapat mencakup mekanisme pengendalian industri makanan dan sosialisasi gejala ginjal pada anak.

“Sebagai pencegahan dan deteksi dini, penting segera ada sosialisasi gejala sebelum ginjal terganggu dan cuci darah diperlukan. Selain itu, konsumsi air putih perlu diperhatikan, serta mengurangi konsumsi zat pembuat manis, garam, dan lemak,” tegasnya.

Ia juga menekankan perlunya membudayakan olahraga di keluarga, sekolah, dan masyarakat di tengah kurangnya aktivitas fisik anak-anak akibat penggunaan gawai.

“Kita perlu menggiatkan lagi olahraga dan budaya,” ujarnya.

BACA JUGA  Beberapa Manfaat Infus Water Lemon Untuk Kesehatan Anda

Jasra menambahkan bahwa perubahan iklim juga mempengaruhi perilaku anak yang lebih sering mengonsumsi jajanan berkemasan menarik. Ia mempertanyakan sejauh mana pengawasan dan uji lab dilakukan terhadap makanan-makanan tersebut.

Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dari Kementerian Kesehatan, prevalensi obesitas di kalangan anak-anak meningkat, yang juga menambah tantangan dalam menurunkan angka stunting yang masih tinggi di Indonesia. KPAI mengingatkan bahwa negara telah memiliki kebijakan dalam UU Kesehatan tentang pengawasan dan upaya kesehatan masyarakat terkait konsumsi berlebih gula, garam, dan lemak.

“Negara juga bisa mendorong lembaga halal untuk menjadi bagian pengawasan di masyarakat, memastikan ada pengendalian, pembatasan, dan pengaturan produk kandungan zat makanan,” jelasnya.

Ia juga menyayangkan industri makanan berperasa yang menggunakan zat kimia tanpa pengawasan yang memadai.

“Sejauh apa negara mau mengatur, mengendalikan, memberi sanksi? Tanpa ini, kita akan gagal melindungi anak-anak karena mereka tidak tahu bagaimana proses makanan sehat,” ujarnya.

Jasra menekankan bahwa ketegasan pemerintah dalam pengawasan obat dan makanan perlu terus ditingkatkan.

“Ketegasan pemerintah dalam pengawasan obat dan makanan perlu terus ditingkatkan untuk melindungi anak-anak kita,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *