Kilas

Perpusnas Tutup Peringatan Perang Jawa dengan Teater Diponegoro

×

Perpusnas Tutup Peringatan Perang Jawa dengan Teater Diponegoro

Sebarkan artikel ini
Pemutaran Fragmen Terakhir Teater Diponegoro, Perpusnas Tutup Peringatan 200 Tahun Perang Jawa. [Dok. Perpusnas]

BANYUMASMEDIA.COM – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menutup rangkaian Peringatan 200 Tahun Perang Jawa dengan pementasan tiga fragmen terakhir Lima Fragmen Perang Djawa, karya teater bertema perjuangan Pangeran Diponegoro.

Pertunjukan yang digelar di Auditorium Gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan Perpusnas ini melanjutkan dua fragmen yang telah dimainkan pada 21 Juli 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya merawat ingatan kolektif bangsa atas kisah perjuangan sang pahlawan nasional.

Tiga fragmen penutup tersebut adalah “Prawira Estri”, yang mengangkat peran pasukan perempuan; “135 Menit: Menjemput Takdir”, yang menggambarkan momen-momen menjelang tertangkapnya Diponegoro; dan “Sang Tahanan Negara”, yang menyajikan sudut pandang Knoerle, letnan Belanda yang mengawal Diponegoro saat diasingkan dari Batavia ke Manado.

Setiap fragmen diawali pembacaan kutipan Babad Diponegoro, naskah autobiografi yang telah diakui UNESCO sebagai Memory of the World.

Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, mengapresiasi pementasan ini karena mampu membangkitkan sejarah dengan cara yang segar dan relevan. Ia berharap pertunjukan ini memantik semangat generasi muda, khususnya Gen Z, untuk meneladani perjuangan Diponegoro.

Disutradarai oleh Wawan Sofwan, pementasan ini mengusung format omnibus dengan pendekatan dramatik reflektif. Wawan memilih fokus pada proses batin tokoh Diponegoro ketimbang menampilkan adegan perang. Penelitian naskahnya bersumber dari berbagai arsip dan literatur, termasuk karya Dr. Peter Carey.

Pemeran Diponegoro, Nusa Wicastya, mengaku tertantang membawakan sosok tersebut, sementara Matthias Hektor Ventker yang memerankan Knoerle merasa bangga meski sempat ragu karena keterbatasan bahasa.

Sejarawan Peter Carey, yang turut hadir, menilai pementasan ini berhasil menghidupkan naskah sejarah yang sebelumnya tersimpan di arsip. Ia juga mendorong anak muda memanfaatkan media digital seperti blog, podcast, dan YouTube untuk mendalami sejarah.

BACA JUGA  Wamendagri: One Piece Itu Kreativitas, Merah Putih Tetap Teratas

Dengan pementasan pamungkas ini, Perpusnas menegaskan komitmennya menghadirkan literasi sejarah yang tak hanya diingat, tetapi juga dihidupkan dan diwariskan lintas generasi melalui seni pertunjukan.[asr]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *