PendidikanRagam

Pasar Senin Legi, Sebuah Praktik Kewirausahaan di Sanggar Anak Alam

×

Pasar Senin Legi, Sebuah Praktik Kewirausahaan di Sanggar Anak Alam

Sebarkan artikel ini
Sumber: Salam Yogyakarta

BANYUMASMEDIA.COM – Pada penghujung hari, fasilitator kelas 1 SD SALAM selalu mengirimkan jurnal kelas ke grup Whatsapp. Sore itu saya membuka catatan yang dikirimkan oleh fasilitator. Dalam catatan itu ada nama-nama anak kelas 1 dan peran yang mereka pilih untuk agenda Pasar Senin Legi, yang akan diadakan pada 1 September 2025. Anak saya, Pandu, memilih berjualan jus stroberi. Tentu saya sedikit panik. Pandu sempat bersekolah di luar Salam saat TK. Artinya, Pasar Senin Legi ini akan menjadi peristiwa belajar pertamanya. Namun ia sudah berani memutuskan untuk berjualan. Ia memutuskan, tanpa taren dulu dengan orang tuanya. Diskusi tentang Pasar Senin Legi sepenuhnya dilakukan  di sekolah bersama dengan fasilitator.

“Kenapa stroberi?”

“Soalnya Pandu suka. Kita kan bisa minta dari Bobonya Aubrey.”

Aubrey, sepupu Pandu adalah penggemar berat stroberi. Ia tidak bersekolah di Salam. Aubrey biasa diberi oleh-oleh stroberi oleh Bobo dan Tete-nya. Aubrey selalu senang berbagi stroberi pemberian Bobo dan Tete-nya pada Pandu dan kedua kakak Pandu. Inilah yang membuat Pandu berpikir, pasti mudah mendapatkan stroberi.

Padahal, kami tinggal di Bantul, tempat di mana stroberi sangat jarang terlihat di pasar dan kios buah. Namun Pandu tak hilang akal. Ia memesan pada tantenya untuk membelikan buah stroberi. Ketika ditanya mengapa Pandu mau jualan jus stroberi, alasanya karena menurut Pandu, anak-anak pasti menyukai stroberi. Jadi, pasti laku dan Pandu bisa kaya. Meski alasan ini kemudian diralatnya. “Biar teman-teman tau bedanya stroberi yang nggak dijus, kecut, dan stroberi yang dijus, manis.” katanya.

Hari Minggu, saya mendapat buah stroberi dari Wayo Strawberry, sebuah kios buah yang berada di Minggiran. Malam harinya, sepulang dari rumah eyang, kami mengerjakan persiapan berjualan. Pandu dan Agni, kakaknya, bekerja sama membuat jus. Mereka membersihkan stroberi, memotong-motong, memblender dengan air dan menambahkan sedikit gula. Saya dan suami turut menemani dan membantu mereka.

BACA JUGA  Unsoed–Chiba University Perkuat Kolaborasi lewat Summer Course Biodiversitas Tropis dan Budaya Nusantara

Agni yang suka berkreasi membuat papan harga untuk Pandu. Agar Pandu merasa dilibatkan, ia diajak juga menambahkan gambar di kertas yang sudah diberi tulisan harga jual jus stroberi dan buah stroberi.

Agni sendiri berencana menjadi petugas bank agar mendapat gaji sebesar 10.000 US. Tapi, ia juga sangat bersemangat membantu persiapan adiknya berjualan.

Pandu menentukan harga 2000 US (Uang Salam) untuk jus dan 1000 US untuk satu buah stroberi segar. Pandu juga berdiskusi dengan kami tentang apa saja yang ia butuhkan untuk jualan selain membuat jus. Pandu menyiapkan gelas dan serbet. Semua perlengkapan siap. Anak-anak pun tidur tak terlalu larut karena berencana datang pagi esok hari.

Keesokan paginya, hari yang ditunggu tiba. Kami berempat sampai di Salam sekitar pukul 8.30. Sebenarnya ini agak kesiangan, meski belum terlambat. Pasar baru akan dibuka jam 09.00. Pandu segera memilih meja yang masih kosong dan cukup teduh di bawah pohon bodhi.

Lurah Pasar, Bu Umi, membuka Pasar Senin Legi tepat jam 09.00. Anak-anak dari kelas PAUD hingga SMP terlihat datang ke halaman satu demi satu. Beberapa kios kehabisan dagangan lebih cepat dari yang lain. Beberapa lagi masih harus menunggu agak lama hingga dagangannya habis.

Sebelum pasar dimulai, MC yaitu Mbak Nisa dan Mbak Audrey ngobrol dengan para pelapak. Satu per satu pelapak diminta bercerita tentang persiapan, harga, komoditas jualan, dan promosi komoditas jualannya. Selain itu, saat persiapan, anak-anak kelas 1 dan murid baru juga dipersilakan menuju ke Bank Salam untuk mendapat modal sebesar 7.000 US.

Ketika sudah mulai jualan, datang Kalandra dan Abe, dari kelas 4 SD ke lapak Pandu. Mereka meminta uang sebesar 3000 US sebagai uang retribusi. Mereka menyapa Pandu dan menjelaskan tugas mereka. Abe bahkan dengan ramah membantu Pandu mengenali mata uang Salam yang mereka minta. “Heh, biarin aja, siapa tahu Pandu udah tahu.” kata Kalandra.

BACA JUGA  Poltekkes Kemenkes Semarang Bantu Atasi Stunting dan Sanitasi di Desa Kemutug Kidul

Saya senyum-senyum melihat semua peristiwa di depan mata. Sebuah pemandangan yang menarik bagi saya. Halaman sekolah berubah menjadi pasar. Persis dengan pasar sungguhan. Ada petugas, ada lurah pasar, ada bank, ada penjual, ada pembeli juga.

Anak-anak belajar dengan bermain jual beli yang dimodifikasi semirip mungkin dengan kenyataan. Anak-anak bukan membawa kudapan jadi yang dibeli dari pasar sungguhan. Mereka diminta untuk membuat sendiri komoditinya. Kebanyakan memang berjualan snack dan minuman. Tapi ada juga yang berjualan non makanan. Misalnya Mikael, kelas 1 SD yang berjualan sayur hasil dari kebun Maminya.

Sebagian pelapak berjalan-jalan mengunjungi lapak lain. Namun, Pandu, tidak mau beranjak sebelum jualannya habis. Katanya, “Nanti gimana kalau ada orang mau beli.” Begitu juga beberapa teman sekelas Pandu yang lain. Mereka memilih berjualan sampai selesai. Sungguh tekad kuat untuk setia menunggu lapaknya, sikap yang kadang justru tak dimiliki oleh orang dewasa yang tak jarang mudah menyerah ketika bekerja.

Selesai berjualan, anak-anak menghitung pendapatannya. Pandu dibantu Bu Deby, fasilitatornya mengelompokkan uang berdasarkan tampilan visual lalu menghitung uang tersebut. Pandu mendapat 48.000 US. Selesai menghitung, uang itu disetor lagi ke bank dan dicatat oleh petugas. Tak hanya pelapak, para pembeli juga menyetorkan uang yang dipegang ke Bank Salam setelah pasar usai.

Pandu tidak kebagian jajanan yang dijual pelapak lain. Tapi ia tak terlalu sedih. Sisa stroberi dalam teko dituang langsung ke mulutnya. “Segerrrr”, katanya. Setelah itu, Pandu mencuci perkakasnya dengan bantuan saya. “Yuk, pulang.” katanya. Ah, rupanya si pedagang kecil sudah lelah dari bermain jualan sungguhan.[].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *