Budaya

Membincang Strawberry Generation: Dari Rapuh ke Tangguh

×

Membincang Strawberry Generation: Dari Rapuh ke Tangguh

Sebarkan artikel ini
Sumber: Unplash

BANYUMASMEDIA.COM – Pernahkah Anda memegang buah stroberi? Warnanya merah menyala, bentuknya menarik, bahkan kerap jadi hiasan di atas kue. Namun, coba sedikit saja ditekan, ia langsung lembek dan cepat busuk.

Metafora inilah yang dipakai Prof. Rhenald Kasali, Ph.D., dalam bukunya Strawberry Generation: Mengubah Generasi Rapuh Menjadi Tangguh (Mizan, 2017). Generasi stroberi adalah mereka yang kreatif, penuh ide, bahkan cemerlang di media sosial, tetapi mudah tersinggung, gampang menyerah, dan kurang tahan banting menghadapi kenyataan.

Rhenald tidak hanya sekadar memberi label, tetapi mengajak kita membongkar akar masalah dan mencari jalan keluar: bagaimana anak-anak muda hari ini ditempa agar kuat menghadapi zaman yang serba cepat berubah.

Buku setebal hampir 300 halaman ini merangkum refleksi Rhenald dari artikel, pengamatan, dan pengalaman mendidik. Ada beberapa pokok penting:

  1. Mindset. Rhenald membedakan fixed mindset (merasa kemampuan bawaan dan tak bisa diubah) dengan growth mindset (percaya bahwa keterampilan bisa diasah lewat latihan). Menurutnya, hanya generasi dengan growth mindset yang siap bertahan.
  2. Hi-Tech vs Hi-Touch Parenting. Orang tua bangga memberi gawai terbaru, kursus ini-itu, atau fasilitas serba instan. Namun tanpa “sentuhan”, disiplin, kasih sayang, keteladanan, anak-anak tumbuh manja. Hasilnya: indah di luar, rapuh di dalam.
  3. Fenomena Self-Diagnosis. Anak muda kini mudah sekali berkata: “Aku depresi”, “Aku cemas.” Kesadaran mental health penting, tapi jika berlebihan justru membuat mereka semakin rapuh.
  4. Zona Nyaman. Rhenald mengajak generasi muda menjadi “driver”, bukan “passenger” dalam hidup. Berani gagal, berani jatuh, dan berani bangkit adalah kunci.
  5. Entrepreneurial Spirit. Jiwa wirausaha bukan semata dagang, melainkan keberanian memulai, mencipta, dan memberi manfaat bagi sekitar.

Apa yang ditulis Rhenald pada 2017 makin terasa relevan hari ini. Media sosial membentuk generasi yang ingin serba instan: viral cepat, terkenal instan, kaya mendadak. Namun, ketika dihadapkan pada kesulitan nyata, kerja panjang, kegagalan bisnis, konflik sosial, banyak yang tak kuat menanggungnya.

BACA JUGA  Bertamu ke Sultan Banten Lewat Ketan Bintul

Buku ini seperti cermin. Kita melihat diri sendiri, adik-adik kita, atau bahkan anak-anak kita. Adakah kita tanpa sadar ikut memupuk karakter “stroberi”? Memberi semua fasilitas, namun lupa melatih daya tahan?

Strawberry Generation bukan sekadar buku motivasi, melainkan bahan renungan. Ia mengingatkan kita bahwa tugas mendidik generasi tidak berhenti pada memberi fasilitas, melainkan menyiapkan mentalitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *