BANYUMASMEDIA.COM – Nama besar Rosalia Indah sebagai salah satu perusahaan otobus (PO) raksasa di jalur antarkota antarprovinsi bukan hal baru. Tapi dalam tiga tahun terakhir, nama ini makin sering terdengar bukan karena reputasi pelayanannya, melainkan karena rentetan kasus pencurian barang penumpang.
Modusnya pun bukan sembarangan. Barang berharga seperti laptop atau gawai diganti dengan benda lain yang bobotnya hampir sama. Ringan di tangan, tapi meninggalkan beban di hati.
Kasus terbaru kembali mencuat dan menjadi perbincangan publik. Seorang mahasiswa semester akhir kehilangan laptop saat melakukan perjalanan dengan bus Rosalia Indah jurusan Solo–Malang pada Sabtu malam, 12 Juli 2025.
Korban naik dari Solo pukul 22.50 dan menempati kursi 7D. Di sampingnya duduk seorang pria yang tidak ia kenal. Karena ruang di bawah kursi tidak cukup, korban meletakkan tas laptop berwarna abu-abu di samping tempat duduknya. Tas itu berisi perangkat berukuran 15,6 inci, dan seperti yang biasa terjadi dalam perjalanan malam panjang, perhatian bisa lengah oleh kantuk.
Saat perjalanan hampir selesai, tas itu masih ada, namun isinya tidak. Laptop telah lenyap. Korban segera melapor ke kru bus dengan harapan bisa menelusuri lewat kamera pengawas (CCTV). Namun harapan itu pupus seketika. CCTV di dalam bus ternyata tidak aktif.
Kejadian ini sontak kembali memicu kemarahan publik. Bukan hanya karena satu barang hilang, tapi karena ini bukan kejadian pertama. Rentetan kasus serupa pernah mencuat di media sosial dalam beberapa tahun terakhir, dengan pola yang hampir sama: barang hilang, penumpang lengah, CCTV mati, dan pelaku tidak teridentifikasi.
Menanggapi kasus yang kembali viral ini, manajemen PT Rosalia Indah Transport mengeluarkan pernyataan resmi. Mereka menyampaikan permintaan maaf secara terbuka dan berkomitmen untuk melakukan investigasi internal.
Selain itu, mereka juga menyebut akan menyediakan fasilitas penyimpanan laptop khusus di seluruh armada Rosalia Indah. Fasilitas ini diharapkan bisa mencegah kasus serupa terulang, serta memberi rasa aman lebih bagi penumpang, khususnya yang membawa barang berharga.
Namun, tanggapan ini belum sepenuhnya memuaskan. Bagi publik, ini bukan kali pertama, dan laporan-laporan kehilangan barang di dalam bus sudah muncul sejak bertahun-tahun lalu.
Kritik juga diarahkan pada minimnya standar keamanan aktif dalam perjalanan jarak jauh, seperti CCTV yang mati atau tidak dipantau, serta tidak adanya prosedur tetap yang transparan untuk penanganan kehilangan barang.
Kehilangan barang pribadi di perjalanan memang bisa terjadi di mana saja. Tapi ketika pola kasusnya terus berulang dengan mekanisme respons yang itu-itu saja, maka yang dipertanyakan bukan lagi kelalaian individu, tapi sistem keamanan yang cacat sejak awal.
Dalam moda transportasi umum, keamanan bukanlah layanan tambahan, tapi bagian dari hak penumpang. Terutama ketika barang yang hilang bukan sekadar benda, melainkan bagian penting dari kehidupan seseorang, seperti laptop milik mahasiswa semester akhir yang menyimpan skripsi, data riset, atau dokumen personal lainnya.
Sampai kapan kasus-kasus semacam ini terus terulang? [asr]











