EsaiLiputanOpini Akademik

Evaluasi MBG di Banyumas: Antara Potensi Besar dan Tantangan Higienitas

×

Evaluasi MBG di Banyumas: Antara Potensi Besar dan Tantangan Higienitas

Sebarkan artikel ini

Oleh: Prof. Dr. Rifda Naufalin, SP., M.Si
Dosen Teknologi Pangan, Universitas Jenderal Soedirman

BANYUMASMEDIA.COM – Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program pangan berbasis komunitas yang kini semakin populer di tengah masyarakat. Program ini hadir sebagai jawaban atas meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan sehat, seimbang, dan aman. MBG biasanya disediakan oleh Sentra Penyedia Produk Gizi (SPPG) yang tersebar di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Banyumas. Kehadiran MBG diharapkan tidak hanya memperbaiki status gizi masyarakat, tetapi juga menjadi motor penggerak perekonomian lokal karena membuka ruang usaha bagi produsen pangan kecil dan menengah.

Evaluasi terbaru yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama Bupati Banyumas menunjukkan masih adanya sejumlah persoalan mendasar dalam penyelenggaraan MBG. Salah satu temuan utama adalah bahwa banyak penyedia MBG di Banyumas yang belum memiliki sertifikasi resmi terkait standar produksi dan distribusi pangan. Sertifikasi sebenarnya merupakan instrumen vital yang berfungsi sebagai jaminan mutu dan keamanan pangan. Tanpa sertifikasi, sulit memastikan apakah produk yang diproduksi telah memenuhi standar gizi, bebas dari kontaminan, dan layak dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Tantangan Higienitas di Lapangan

Tantangan Sanitasi dan Higienitas di Lapangan Selain persoalan sertifikasi, isu higienitas juga menjadi sorotan penting. Dalam evaluasi bersama, Bupati Banyumas menekankan bahwa sebagian besar pelaku usaha kecil dan menengah yang memproduksi MBG masih menghadapi kendala dalam penerapan prinsip sanitasi yang baik. Permasalahan yang sering ditemui meliputi: Pengolahan bahan baku yang belum sepenuhnya higienis, misalnya penggunaan air yang tidak terstandar atau penyimpanan bahan yang terbuka. Peralatan produksi yang belum memenuhi kriteria sanitasi, seperti wadah dan mesin yang jarang disterilisasi. Penyimpanan produk yang kadang masih dilakukan pada suhu ruang tanpa pendingin, sehingga meningkatkan risiko pertumbuhan mikroba berbahaya.

BACA JUGA  Musim Durian Tiba, Cek Daerah Penghasil Terbanyak di Indonesia

Kondisi ini tentu dapat memengaruhi kualitas gizi, keamanan produk, serta tingkat penerimaan masyarakat. Jika aspek higienitas tidak diperhatikan secara serius, tujuan utama MBG untuk meningkatkan kesehatan masyarakat justru bisa terganggu.

Potensi Besar Banyumas

Meski demikian, Banyumas memiliki potensi besar. Sumber daya alam lokal berupa susu sapi, buah tropis, sayuran segar, hingga tanaman herbal bisa diolah menjadi produk minuman atau makanan bergizi bernilai tinggi. Sebagai contoh, susu lokal dapat menjadi yoghurt atau kefir probiotik, Buah-buahan lokal seperti pisang, pepaya, atau nanas dapat dijadikan jus sehat atau pangan fungsional. Jika dikelola dengan standar mutu yang baik, MBG Banyumas berpeluang menjadi komoditas unggulan daerah.  Jika pengelolaan dilakukan secara profesional dengan standar mutu yang baik, produk MBG Banyumas tidak hanya akan meningkatkan kesehatan masyarakat lokal, tetapi juga berpeluang menjadi komoditas unggulan daerah yang mampu bersaing di pasar regional bahkan nasional.

Pendampingan dan Edukasi

Untuk mengoptimalkan potensi ini, diperlukan pendampingan intensif dalam praktik produksi pangan yang baik (Good Manufacturing Practices/GMP), pengenalan standar pangan fungsional, kemudahan akses sertifikasi, dan inovasi produk berbasis potensi lokal.

Fokus pendampingan meliputi 1) Good Manufacturing Practices (GMP): edukasi tentang standar produksi pangan yang higienis, mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga pengemasan. 2) Standar Pangan Fungsional: pengenalan tentang kandungan bioaktif dan manfaat kesehatan produk, agar MBG tidak hanya bergizi tetapi juga memiliki nilai tambah fungsional. 3) Akses ke Sertifikasi: membantu pelaku usaha untuk lebih mudah mengakses prosedur sertifikasi, baik terkait PIRT, halal, maupun standar mutu pangan lainnya. 4) Inovasi Produk: mendorong diversifikasi produk dengan memanfaatkan potensi lokal sehingga MBG menjadi lebih variatif dan menarik bagi konsumen.

BACA JUGA  Menulis Jurnal Kebaikan: Merawat Nurani, Merayakan Sisi Baik Manusia

Kolaborasi Multipihak

Keberhasilan MBG Banyumas menuntut kolaborasi. Pemerintah berperan sebagai fasilitator, akademisi menyumbang riset dan pendampingan, pelaku usaha meningkatkan kapasitas produksi, sementara masyarakat menjadi konsumen cerdas, perlu diedukasi agar semakin selektif dalam memilih produk bergizi yang aman.

Menuju Banyumas Sehat dan Mandiri

Evaluasi MBG memberi pesan bahwa meskipun tantangan masih ada, potensi Banyumas luar biasa. Dengan komitmen bersama, MBG dapat menjadi teladan nasional dalam membangun masyarakat sehat, mandiri, dan berdaya saing.

Harapan besar ada pada langkah bersama: pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat. Dengan strategi yang terintegrasi, MBG Banyumas bukan hanya sekadar program pangan bergizi gratis, melainkan juga investasi kesehatan jangka panjang dan pilar ketahanan pangan daerah. Jika semua pihak berkomitmen, maka ke depan MBG Banyumas dapat berkembang menjadi contoh baik bagi daerah lain di Indonesia dalam membangun masyarakat yang sehat, mandiri, dan berdaya saing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *