Esai

Siapa Pemimpin Kita? Jawabannya Ada pada Tabiat Rakyat

×

Siapa Pemimpin Kita? Jawabannya Ada pada Tabiat Rakyat

Sebarkan artikel ini
Sumber: unplash

BANYUMASMEDIA.COM – Setiap kali memasuki tahun politik, energi bangsa seolah tercurah pada satu pertanyaan klasik: siapa calon pemimpin terbaik? Media, diskusi publik, hingga obrolan warung kopi ramai menimbang sosok-sosok yang dianggap layak duduk di kursi kekuasaan. Kita sibuk memoles figur, memetakan strategi, bahkan menggali rekam jejak calon. Namun ada satu hal yang sering luput dari perhatian: seberapa siap masyarakat kita untuk dipimpin dengan baik?

Faktanya, pemimpin tidak pernah hadir dari ruang kosong. Ia lahir dari rahim sosialnya sendiri, menghirup kultur yang berkembang di masyarakat. Karena itu, perbedaan tabiat rakyat melahirkan perbedaan pilihan politik mereka. Pemimpin yang muncul hanyalah miniatur dari rakyat yang memilihnya. Kalau rakyat terbiasa permisif terhadap korupsi, jangan heran jika pemimpin yang lahir pun cenderung kompromistis terhadap praktik yang sama.

Inilah paradoks demokrasi: rakyat sering mengeluh soal kualitas pemimpin, padahal merekalah yang melahirkan pemimpin itu. Kita punya hak suara setiap lima tahun sekali, tetapi pilihan kita tetap dikendalikan oleh tabiat kolektif masyarakat. Mau mengubah wajah kepemimpinan, terlebih dahulu yang harus berubah adalah wajah rakyatnya.

Di titik inilah pentingnya menyiapkan masyarakat. Kita memang butuh bibit kepemimpinan yang tangguh, tetapi benih itu akan sia-sia jika ditanam di tanah sosial yang gersang. Tanpa masyarakat yang berintegritas, pemimpin sekuat apa pun bisa runtuh oleh tekanan pragmatisme politik.

Jika kita ingin masa depan politik yang lebih sehat, jangan hanya sibuk menakar kualitas calon pemimpin. Pertanyaan yang lebih penting adalah: sudahkah kita menyiapkan masyarakat yang cerdas, berani, dan berintegritas? Pendidikan politik rakyat harus digarap serius. Literasi demokrasi perlu diperluas. Budaya gotong royong harus dihidupkan kembali. Tanpa itu semua, demokrasi hanya akan melahirkan pemimpin yang mewakili kelemahan kita, bukan kekuatan kita.

BACA JUGA  Kopi Pagi Bapak

Pada akhirnya, menyiapkan masyarakat tidak kalah penting dari menyiapkan pemimpin. Bahkan, bisa dikatakan, pemimpin hanyalah hasil akhir dari proses panjang pembentukan masyarakat. Jika rakyat baik, pemimpinnya akan ikut baik. Jika rakyat bijak, pemimpinnya cenderung bijak. Tapi jika rakyatnya pragmatis, kita tak bisa berharap lahir pemimpin ideal dari rahim sosial yang rapuh.

Maka, tugas kita hari ini bukan sekadar mencari “siapa yang akan memimpin,” melainkan juga memastikan “siapa yang akan dipimpin” benar-benar siap. Sebab perubahan sejati tidak hanya lahir dari atas ke bawah, tetapi juga dari bawah ke atas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *