BANYUMASMEDIA.COM – Ada pertanyaan yang mengganjal saya. Mengapa penduduk di wilayah Filipina selatan disebut sebagai orang Moro. Sementara kita tahu bahwa Moro atau Moor merujuk pada orang-orang dari wilayah Afrika utara.
Jawabannya baru saya dapatkan beberapa waktu lalu. Kisahnya serupa tapi tak sama dengan penamaan Indian pada suku asli Amerika. Di Amerika, penjelajah Eropa yang mendarat di pantai Amerika mengira mereka tiba di anak benua India, maka mereka menyebut suku-suku asli Amerika dengan sebutan Indian.
Di Filipina, para penjelajah Spanyol juga bertemu dengan suku-suku asli di daerah kepulauan tersebut. Wilayah kepulauan Filipina awalnya adalah kawasan berpenduduk muslim. Melihat suku-suku ini beragama Islam, maka orang Spanyol kemudian menyebut suku-suku ini sebagai orang Moro. Mengapa dinamakan Moro? Karena Spanyol baru saja mengalahkan orang-orang Moro di Andalusia yang sama-sama beragama Islam.
Maka dimulailah ekspedisi penaklukan orang Moro di timur ini. Awalnya upaya ini tidak berjalan mulus, dimana Ferdinand Magelhaens, sang kapitan ekspedisi mesti meregang nyawa di tangan datu Lapu-Lapu, seorang kepala suku yang dikemudian hari diangkat sebagai pahlawan. Nama datu ini bahkan dijadikan salah satu tokoh di dalam game populer Mobile Legends.
Namun ekspedisi penaklukan tidak berhenti disitu. Dikirimlah bala bantuan dari Spanyol dengan persenjataan lebih modern yang mengakibatkan Filipina bagian utara di bawah pimpinan Raja Sulaiman ~seorang raja keturunan Minangkabau~ harus takluk. Wilayah istana raja Sulaiman kemudian dihancurkan dan dibangun benteng Santiago.
Siapakah Santiago? Tidak lain adalah seorang pahlawan Spanyol yang dijuluki Muslim Slayer karena mampu mengalahkan kaum Muslim di Andalusia. Di gerbang utama benteng tersebut sang santo diukir dengan kayu sambil menaiki kuda, dimana di bawahnya orang-orang Moro digambarkan jatuh tergeletak.
Semenjak kekalahan raja Sulaiman, maka Filipina bagian utara kemudian takluk di bawah kekuasaan Spanyol selama lebih 300 tahun, namun Filipina bagian selatan terus melakukan perlawanan dan tidak dapat ditaklukkan, bahkan oleh Amerika yang menguasai Filipina setelah Spanyol.
Saat ini pemerintah Filipina memberikan status otonomi khusus kepada orang-orang Moro yang tergabung dalam Bangsa Moro. Bangsa Moro sendiri terdiri dari tigabelas suku yaitu Maranau, Maguindanau, Iranun, Yakan, Tausug, Sama, Jama Mapun, Kalagan, Kalibugan, Molbog, Palawanan, Sangil dan Bajau. Suku Bajau juga tersebar di beberapa wilayah Indonesia, khususnya Sulawesi. Mayoritas suku-suku ini beragama Islam.
Orang-orang Moro memiliki bahasa yang berbeda dengan Tagalog khas utara. Beberapa suku kata yang digunakan bahkan mirip dan sama dengan bahasa Melayu dan beberapa suku di Indonesia. Kita bahkan masih bisa menemukan kata Bang. Kata yang dalam bahasa Jawa kuno berarti adzan, sama dengan arti kata tersebut di suku Maranau. Makananannya pun khas melayu dengan variasi yang sedikit berbeda.
Nama-nama provinsi di Filipina juga unik, karena terpengaruh bahasa Spanyol. Termasuk nama kota tempat kami singgah yang membuat kawan-kawan kami mengira kami sedang ke Amerika Latin. Nama kotanya adalah : El Salvador. [Kartika Nur Rakhman]