BANYUMASMEDIA.COM – Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Adin Bondar menyatakan, modal insani merupakan investasi utama dalam pembangunan nasional, agar sebuah negara dapat maju dan berkembang secara berkelanjutan. Hal itu disampaikannya pada acara puncak Festival Literasi untuk Kesejahteraan dengan tema “Peran Perpustakaan dalam Menginspirasi Perubahan melalui Literasi untuk Kesejahteraan”, Selasa (23/9), di Gunung Kidul, Yogyakarta.
“Kualitas modal insani tersebut dapat dicapai melalui penguatan budaya baca dan peningkatan kecakapan literasi. Maka, literasi menjadi hal yang fundamental dan esensial bagi setiap individu maupun negara untuk mewujudkan transformasi sosial, ekonomi, dan kesejahteraan suatu negara,” ucapnya.
Di sisi lain, Adin menekankan perkembangan digitalisasi dan kecerdasan buatan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi upaya penguatan budaya baca dan kecakapan literasi. Hal ini dikarenakan media sosial dan kecerdasan buatan adalah sebuah keniscayaan.
“Untuk itu, budaya baca dan kecakapan literasi harus dibangun sejak dini melalui kolaborasi dan kerja sama. Sejak dini yang dimaksud adalah 1.000 hari kehidupan pertama dan juga usia emas,” terangnya. Menurutnya, karena pada saat itulah sel-sel otak anak berkembang dengan sangat pesat sehingga kecerdasannya dapat terbangun dengan baik.
Senada dengan Adin, Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, mengatakan literasi hari ini tidak hanya sekadar kemampuan membaca atau menulis.
“Literasi juga mencakup kemampuan untuk memahami informasi, berpikir kritis, mengolah pengetahuan, hingga memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas hidup,“ paparnya.
“Perpustakaan kini bukan hanya sebagai tempat menyimpan atau meminjam buku tetapi telah bertransformasi menjadi pusat pengetahuan, ruang belajar sepanjang hayat, dan ruang kolaborasi masyarakat,” ulasnya.
Bagi Endah, yang baru saja dikukuhkan sebagai Bunda Literasi Kabupaten Gunungkidul, perpustakaan mampu menjadi motor perubahan sosial dan ekonomi di Gunungkidul. Selain itu, ia juga menyebutkan, saat ini sudah ada 65 dari 144 perpustakaan kelurahan yang telah mengadaptasi program TPBIS.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul, Kisworo menuturkan bahwa perpustakaan harus mampu beradaptasi dan berubah menjadi pusat kegiatan masyarakat. “Kalau cuma untuk membaca dan pinjam buku, ke depan perpustakaan akan sepi pengunjung. Maka kita mulai menggeser valuenya sebagai pusat kegiatan masyarakat. Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) merupakan survival kit bagi masyarakat untuk meningkatkan literasi agar dapat hidup makmur,” ungkapnya.
Kisworo juga menyebutkan bahwa dalam penerapan TPBIS di Gunung Kidul, berbagai kegiatan edukasi telah dilakukan. Beberapa tema kegiatan di antaranya mengenai bahaya pinjaman dan judi online, talkshow tentang kopi, pelatihan membuat cerimping dari gedebog pisang oleh ibu-ibu PKK, membatik, dan lain sebagainya.
Sebagai informasi, kegiatan Festival Literasi di Gunung Kidul sudah berlangsung selama lima hari, sejak Jum’at (19/9). Dalam puncak acara, Duta Baca Indonesia, Gol A Gong, juga hadir dan turut menyerahkan hadiah lomba bertutur, resensi, dan video konten literasi.











