BANYUMASMEDIA.COM – Situasi nasional kita akhir-akhir ini terasa menegangkan. Publik menanti pernyataan meneduhkan dari pejabat, sekadar kalimat sederhana yang bisa membuat keadaan lebih tenang. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Beberapa pejabat melontarkan kata-kata yang berpotensi menaikkan tensi, bukannya meredakan.
Dalam konteks ini, saya teringat pada sikap Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Baru-baru ini ia menghadapi demonstrasi besar di Kuala Lumpur. Ribuan orang turun ke jalan menuntut dirinya mundur karena mahalnya biaya hidup serta kekecewaan atas lambatnya realisasi reformasi.
Bagaimana respons Anwar? Ia tidak menebar ancaman, tidak pula mengabaikan. Sebaliknya, ia memerintahkan kepolisian untuk tidak mengganggu jalannya aksi.
“Saya akan pastikan polisi berikan segala ruang dan kemudahan,” ujarnya, seperti dikutip Kompas (29/7/2025).
Salah satunya adalah kebijakan subsidi untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Subsidi tersebut membuat harga BBM di Malaysia menjadi yang termurah dibandingkan negara-negara lain.
“Jadi saya lakukan, saya kata ‘Oke kalau gitu, saya turunkan untuk rakyat Malaysia’,” ujar Anwar.
Melalui akun media sosialnya, Anwar juga menyampaikan penghargaan kepada aparat keamanan, tenaga medis, dan relawan yang menjaga jalannya demonstrasi. Ia bahkan memberi ucapan selamat pulang kepada peserta aksi, sambil menegaskan komitmennya pada prinsip demokrasi: kebebasan bersuara dan menyampaikan kritik.
“Kritikan dan perbedaan pandangan tidak seharusnya dilihat dari lensa permusuhan. Ia harus terus bercambah menjadi denyut nadi negara bangsa yang matang, progresif, dan berdaulat,” tulis Anwar.
Lebih jauh, ia mengundang publik untuk berdialog, mencari titik temu, serta membangun negara melalui wacana dan kerja bersama, bukan semata lewat unjuk rasa di jalanan.
Sikap ini menunjukkan kelas seorang pemimpin publik. Ia merangkul, bukan memusuhi. Ia hadir memberi keteduhan di saat warganya sedang gelisah.
Kita tentu berharap hal yang sama dari pejabat publik Indonesia. Sebab di tengah situasi yang tak menentu, masyarakat bukan hanya butuh solusi teknis, tapi juga kata-kata yang menenangkan. Pernyataan sederhana yang menandakan bahwa rakyat didengar dan dipahami.
Karena sesungguhnya, pernyataan meneduhkan seorang pemimpin bisa menjadi titik awal bagi pulihnya kepercayaan masyarakat.[asr]











