Liputan

Perpusnas: Bahasa Indonesia Kian Mendunia Lewat Diplomasi Bahasa

×

Perpusnas: Bahasa Indonesia Kian Mendunia Lewat Diplomasi Bahasa

Sebarkan artikel ini

BANYUMASMEDIA.COM – Bahasa Indonesia kini bukan sekadar bahasa persatuan, melainkan simbol diplomasi global. Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), E. Aminudin Aziz, menegaskan hal tersebut saat menjadi pembicara utama dalam Seminar Internasional dan Rapat Kerja Tahunan Badan Kerja Sama (BKS) Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat (PTN-Barat) yang digelar Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Banten, Sabtu (4/10/2025).

Dalam paparannya, Kepala Perpusnas merefleksikan perjalanan panjang bahasa Indonesia, mulai dari fase persemian dalam Sumpah Pemuda 1928, pengukuhan sebagai bahasa negara di UUD 1945, pengembangan sebagai lingua franca, hingga pengakuannya sebagai bahasa resmi Sidang Umum UNESCO pada 20 November 2023.

“Bahasa Indonesia kini bukan hanya bahasa persatuan, tetapi juga instrumen diplomasi global. Pada 4 November mendatang, bahasa Indonesia akan digunakan pertama kali dalam sidang umum UNESCO sebagai bahasa resmi,” ungkapnya. 

Ia juga menyoroti tantangan vitalitas 718 bahasa daerah. Beberapa bahasa besar seperti Sunda dan Jawa mengalami penurunan jumlah penutur, sementara 428 bahasa di Papua terancam punah. 

“Hilangnya penutur akibat bencana alam maupun pergeseran generasi berpotensi menjadi bencana kebahasaan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Kepala Perpusnas menjelaskan sembilan potensi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, di antaranya adanya payung hukum (UU No. 24 Tahun 2009), struktur kebahasaan yang mudah dipelajari, serta tingginya minat penutur asing. 

Namun, ia juga mencatat delapan tantangan, termasuk disrupsi digital, lemahnya sinergi antarpemangku kepentingan, dan kontestasi dengan bahasa Melayu. ​​Menurutnya, masyarakat Indonesia perlu lebih percaya diri dalam memperkenalkan bahasa nasional.

“Kita harus berani menyebutnya bahasa Indonesia, bukan sekadar bahasa. Sesuai konstitusi, nama resmi bahasa kita adalah Bahasa Indonesia,” tegasnya.

Dari sisi strategi, Kepala Perpusnas menekankan peran penting pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dalam menyusun bahan ajar kontekstual sesuai wilayah. “Materi pembelajaran harus dekat dengan realitas sehari-hari pembelajar, sebelum masuk pada konteks Indonesia secara luas. Ini bagian dari strategi yang harus kita perjuangkan bersama,” katanya.

BACA JUGA  Setya Arinugroho: Sekolah Rakyat Harus Jadi Titik Balik Anak-Anak dari Keluarga Rentan

Kepala Perpusnas menjelaskan bahwa diplomasi bahasa memiliki empat tujuan utama, yakni meningkatkan hubungan antarbangsa, memperkuat kerja sama internasional, meningkatkan visibilitas bahasa Indonesia di tingkat global, dan mempromosikan bahasa Indonesia dalam percaturan dunia. 

Strategi diplomasi bahasa ini, tambahnya, dilakukan melalui jalur politik dan diplomasi, kebijakan perdagangan dan investasi, industri pariwisata, kebijakan pertahanan dan keamanan, olahraga, pendidikan, serta kebudayaan untuk memperluas penggunaan bahasa Indonesia di berbagai sektor.

Mengakhiri paparannya, ia mengajak agar momentum penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Sidang Umum UNESCO menjadi pelecut semangat bersama. “Bahasa Indonesia kini menjadi bahasa resmi ke-10 UNESCO di antara 7.700 bahasa di dunia. Ini pencapaian luar biasa yang harus kita jaga bersama,” pungkasnya.

Sebelumnya, acara dibuka pada Jumat (3/10/2025) malam. Selain Kepala Perpusnas, rangkaian seminar internasional ini juga menghadirkan pembicara utama dari berbagai negara, antara lain Awang Azman, Balazs Huszka, Novi Anoegrajektu, dan Aminudin T.H. Siregar. Diskusi membahas isu strategis pengembangan pendidikan, literasi, dan kolaborasi antarperguruan tinggi di kawasan barat Indonesia. Agenda dilanjutkan dengan Rapat Kerja Tahunan BKS PTN-Barat hingga Minggu (5/10/2025).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *