BANYUMASMEDIA.COM – Pusat Kabupaten Banyumas, Purwokerto, ternyata memiliki latar sejarah yang kaya yang tak banyak diketahui masyarakat luas. Pada Sabtu (7/10/2023), Bale Papat Bale Pustaka Mandirancan Kebasen akan menjadi tempat bedah kisah dan sejarah Purwokerto dalam Serial Babad Pasir. Acara ini langsung dipandu oleh penerjemah Serial Babad Pasir, Kang NasSirun PurwOkartun, yang juga dikenal sebagai budayawan Banyumas.
Menurut Kang Nas, masih banyak masyarakat yang bertanya-tanya mengapa Kabupaten Banyumas memiliki pusat di Purwokerto.
“Banyak yang belum tahu bahwa dulu ada Kabupaten Purwokerto, sebuah kabupaten yang didirikan oleh Belanda bersamaan dengan berdirinya Kabupaten Banyumas,” ungkapnya.
Kang Nas menegaskan bahwa Babad Pasir bukan hanya menceritakan kisah Raden Kamandakan.
“Banyak yang mengira Babad Pasir hanya bercerita tentang Raden Kamandakan, namun kenyataannya Babad Pasir juga mencatat tentang Raden Cakrawedana, sosok yang memberi nama kota Purwokerto,” jelasnya.
Babad Banyumas juga menulis bahwa awalnya adalah Kabupaten Ajibarang, sesuai pembagian wilayah yang dilakukan Kolonial Belanda. Namun, karena di Ajibarang terjadi angin ribut selama 40 hari, akhirnya sang bupati memindahkan pusat pemerintahan ke arah timur, ke desa Paguwon di Purwokerto, yang dulunya adalah pusat Pasir jaman Ngabehi Cakrawedana. Dalam catatan Belanda, pindahnya dari Ajibarang pada tanggal 6 Oktober 1832. Nama Kabupaten Ajibarang pun kemudian ganti menjadi Kabupaten Purwakerta.
Acara bedah kisah ini diadakan sebagai bentuk mengenalkan dan mengenang hari jadi Kabupaten Purwokerto.
“Mari mengenal sejarah tanah kelahiran. Karena dalam sejarah, selain ada kisah juga ada hikmah,” pungkasnya. [asr]